Business Tips
08 04 2019
Membentuk Segmentasi Psikografis Brand Lewat Influencer
Seberapa besarkah pengaruhnya untuk bisnis?
933 Views
Menggunakan media sosial dan terpapar informasi setiap hari tentunya membuat kehadiran influencer tidak asing lagi di telinga. Influencer memiliki kekuatan yang tidak semua brand mampu melakukannya, yaitu memberikan segmentasi psikografis yang tepat dan memiliki dampak untuk pertumbuhan brand.
Jika segmentasi demografis yang merangkum tentang usia atau jenis kelamin sudah sangat familiar, lain halnya dengan segmentasi psikografis yang membedakan pelanggan berdasarkan gaya hidup dan minat yang mereka sukai.
Untuk menjadi sebagai influencer, tentunya ada satu bidang yang sangat disukai dan digeluti yang bisa dijadikan bahan sharing dalam bentuk konten, entah itu tentang diet, hidup sehat, beauty, atau perihal pendidikan. Sehingga dapat dipastikan bahwa penduduk media sosial yang melakukan follow di akun influencer tersebut memiliki minat dan ketertarikan yang sama.
Keberadaan influencer tentunya mempermudah brand yang ingin menargetkan konsumen mereka berdasarkan segmentasi psikografis. Lantas apa saja peran yang bisa diberikan influencer?
1. Mengumpulkan follower dengan minat yang sama
Mengumpulkan dan melakukan interaksi dengan banyak orang yang memiliki minat dan kesukaan yang sama bukanlah perkara mudah. Selain mengikuti komunitas yang lebih cenderung ke arah sosial, memanfaatkan keberadaa influencer untuk menggiring mereka berkumpul jadi satu juga bisa dilakukan.
Suhay Salim dan Abel Cantika menjadi beauty influencer Indonesia yang sukses menarik banyak perhatian publik, khususnya wanita yang ingin belajar makeup dengan mudah.
2. Memberikan konten yang konsisten namun tetap menarik
Setiap influencer pasti dikenal karena konsistensinya dalam membuat karya di bidang yang mereka sukai. Tanpa konsisten akan sangat mustahil seseorang dapat menyandang gelar sebagai influencer.
Influencer mampu menyajikan konten yang konsisten namun dikemas dengan cara yang menarik. Sehingga segmentasi psikografis dari followers yang dimiliki tentunya akan terus bertambah dan ini bisa dimanfaatkan bagi pihak brand untuk memberikan iklan yang tepat.
3. Memberikan efek persuasif yang lebih dalam
Saat barang yang ditawarkan bukanlah yang kamu butuhkan, otomatis otak akan meresponnya dengan cara memberikan stimulasi berupa penolakan. Namun jika barang yang ditawarkan menjadi bagian yang kamu butuhkan, kemungkinan besar untuk diterima tentunya sangat mudah.
Influencer mampu memberikan efek persuasif yang lebih dalam untuk mengajak para followers melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan. Sebagai contoh, pemilihan Suhay Salim untuk melakukan iklan skin care di akun Youtube atau Instagram akan memberikan efek yang lebih meyakinkan, karena brand tersebut bukan hanya digunakan tapi juga di review.
4. Memberikan interaksi yang lebih intim
Merespon dengan membalas komentar yang ditinggalkan di kolom komentar, tentu bisa dilakukan oleh influencer dengan mudah. Memposisikan sebagai orang yang sama-sama menggunakan produk, menjadikan interaksi yang terjalin terasa lebih tulus dan intim.
5. Menggiring untuk membentuk persepsi yang sama
Meski merasa tidak membutuhkan sebuah barang yang di iklankan influencer, tapi dengan melihatnya hingga selesai, kamu pada akhirnya akan memiliki pandangan yang sama dengan apa yang diucapkan influencer.
Menggiring banyak audiens untuk menyamakan persepsi bisa dilakukan oleh seorang influencer, sehingga membentuk segmentasi psikografis bukan jadi hal yang mustahil untuk dilakukan.
Memilih influencer untuk membantu menyalurkan iklan sesuai dengan segmentasi psikografis yang ditentukan, nyatanya masih sangat efektif untuk dilakukan. Kuncinya pilihlah influencer yang tidak hanya memiliki banyak followers, tapi juga terjalin interaksi yang bagus dari setiap konten yang dibuatnya.
Topik Terkait
