Tech & Social Media

09 12 2020

Memahami Efek Psikologi yang Buat TikTok Makin Jadi Candu

Efek psikologis ini yang buat kamu suka dengan TikTok

1.220 Views

Memahami Efek Psikologi yang Buat TikTok Makin Jadi Candu
Aplikasi yang memiliki nama Douyin di China ini kian bersinar di 2020. Riset yang diterbitkan oleh Hootsuite, TikTok memiliki pengguna aktif sebanyak 800 juta setiap bulannya di seluruh dunia dan menjadi aplikasi yang paling dicintai penggunanya.
 
Dikutip dari Business of Apps, 46% remaja di US mengaku begitu menyukai aplikasi TikTok, bahkan mereka bisa membuka TikTok sebanyak 8 kali dalam sehari. Sedangkan di seluruh dunia, TikTok memiliki pengguna yang didominasi oleh remaja berusia 16-24 tahun dengan total mencapai 41%, dengan rata-rata waktu yang dihabiskan 52 menit setiap harinya.
 
Faktanya, TikTok statistics yang telah dirancang membuat aplikasi ini semakin dicintai oleh gen z. Sehingga tak heran jika gen z akan menggunakan video TikTok untuk mempelajari barang baru, atau bahkan mereka tak akan sungkan mengeluarkan uang untuk membeli barang lewat live streaming yang sering dilakukan oleh brand
 
Algoritma yang dibuat TikTok agar konten bisa masuk fyp memang unik dan misteri. Setiap pengguna menginginkan setiap video yang mereka buat bisa masuk fyp, hingga tagar fyp menjadi sebuah keharusan yang bisa digunakan saat ingin meng-upload video. Lantas, saat kita sama-sama tahu jika masuk fyp tidak mudah, kenapa TikTok tetap menjadi aplikasi yang begitu disukai kaum remaja dan bahkan rasanya menjadi candu untuk selalu memainkannya? Berikut beberapa alasan yang membuat TikTok kian candu untuk digunakan.

 

1. Setiap orang bisa menjadi content creator dengan smartphone

undefined
Mengusung video berdurasi singkat, berbagai lagu populer yang bisa digunakan sebagai backsound, hingga filter menarik yang buat video semakin menarik, TikTok jadi aplikasi komplit yang mendukung setiap penggunanya menjadi content creator hanya dengan smartphone. Hal inilah yang membuat TikTok begitu menarik bagi para remaja. 
 
Jika ditelusuri dari kacamata psikologi, remaja memiliki kecendrungan senang mencoba berbagai hal baru dan butuh pengakuan dalam proses pencarian jati diri. Di masa ini, para remaja memiliki kreativitas yang tak terbatas dan senang untuk menunjukkan ke orang lain. Sehingga tak heran jika TikTok dipilih sebagai aplikasi untuk menyalurkan sebagai kreativitas yang ingin dituangkan para remaja di seluruh dunia. 

 

2. Tampilan layar fullscreen

undefined
Hal menarik pertama tentang tampilan video  adalah TikTok membuatnya menjadi fullscreen. User interface dengan tampilan fullscreen ini dipilih untuk memberikan immersive experiences bagi setiap penggunanya. Immersive experiences adalah distraction free-interface yang dapat meningkatkan engagement pengguna dengan tampilan yang sedang mereka lihat.
 
Immersive Experiences memiliki efek yang begitu powerful. Growth Design, memberikan private experience mereka dari penggunaan fullscreen sebagai tampilan. Tercatat 280% kenaikan user engagement saat mereka menggunakan tampilan fullscreen sebagai default tampilan. 
 
Tampilan fullscreen tidak hanya efektif untuk diterapkan di TikTok, tapi juga untuk tampilan survei seperti Typeform, productivity app seperti Nation, dan berbagai konten lainnya.
 

 

3. Swipe menjadi kebiasaan

undefined
Ingat sudah berapa kali kamu melakukan swipe di TikTok? Sebagai pengguna, kamu pasti sering melakukan swipe dengan tujuan untuk melihat video lainnya, tapi lain halnya bagi TikTok. TikTok membutuhkan sekali swipe untuk memulai rantai reaksi dari setiap pengguna.
 
Sekali kamu melakukan swipe, kamu akan semakin menyukainya dan menjadikannya sebagai kebiasaan. Layaknya efek domino, kamu tidak perlu berfikir untuk melakukan swipe, karena kamu sudah menganggapnya sebagai kebiasaan. Semakin banyak swipe, semakin lama waktu yang akan kamu habiskan di TikTok. Itulah goal yang ingin didapatkan TikTok.
 

 

4. Sticky Content

undefined
Growth Design menemukan kesamaan terhadap berbagai konten yang akhirnya menjadi populer karena masuk fyp. Setiap konten video tersebut menerapkan sticky content tanpa mereka sadari. Apa itu sebenarnya sticky content
 
Sticky content adalah konten yang dipublikasikan dengan tujuan membuat pengguna ikut terlibat dan menghabiskan waktu lebih banyak di konten tersebut. Growth Design, mengutip buku self-help dengan judul Made to Stick, ada 5 elemen dalam membuat sticky content. Mulai dari simple, unexpected, concrete, emotional, hingga story.
 
Sebagai contoh, seorang wanita membagikan bagaimana biasanya orang Amerika menggunakan masker. Konten yang dibuat di dalam mobil ini berhasil mendapatkan love hingga 648,6K dengan komen mencapai 11K. Keberhasilan ini karena konten tersebut mengandung 5 elemen penting dan menjadikannya sebagai sticky content

 

5. Durasi video yang singkat

undefined
Meski kamu bisa membuat konten hingga 60 detik, tapi TikTok memiliki video dengan rata-rata berdurasinya 16 detik. Durasi ini tentu 9 kali lebih cepat dari rata-rata video yang dimiliki Facebook, sehingga lebih mudah bagi pengguna untuk beradaptasi dengan TikTok.
 
Melihat kepopuleran TikTok dengan video berdurasi singkatnya, Youtube akhirnya mengeluarkan fitur baru bernama Shorts untuk menyaingi kepopuleran TikTok. Itu artinya video berdurasi singkat begitu diminati banyak orang di seluruh dunia.

 

6. Memberikan efek kejutan

undefined
Algoritma TikTok memang dibuat untuk memberikan kamu kejutan dari setiap swipe yang kamu lakukan. Kamu tidak hanya bisa belajar dari berbagai konten tips dan trik yang sering dibagikan, tapi juga kamu akan mendapat video yang membuat kamu tertawa, bahkan tak jarang membuat kamu merasa aneh. Semua video tersebut diberikan sesuai dengan personalisasi yang kamu miliki. 
 
 

 

Psikologi dibalik pembuatan TikTok membuat aplikasi ini begitu jadi candu. Efek psikologi diterapkan tidak hanya dalam pembuatan user interface, tapi juga berbagai fitur yang ada di dalamnya. Efek ini yang sebenarnya tidak kamu sadari membuat kamu menjadi candu untuk terus membuka TikTok.
 
Menyikapi hal ini, kamu perlu bijak dalam menggunakan TikTok dan berbagai media sosial lainnya. Atur waktu untuk membatasi diri menggunakan TikTok terlalu berlebihan, agar kamu tetap bisa produktif dan berinteraksi dengan orang lain di sekitar kamu. 
 

 

Topik Terkait

loading