Business Tips

12 06 2020

Strategi Menghadapi Perubahan Perilaku Konsumen Saat New Normal

Perlu strategi yang cepat dan tepat!

1.691 Views

Strategi Menghadapi Perubahan Perilaku Konsumen Saat New Normal
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia membawa banyak perubahan. Aktivitas keluar rumah yang tetap dibatasi meski aturan new normal sudah diberlakukan dan kesadaran akan hidup sehat menjadi fokus utama yang perlu diterapkan. Akibatnya terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja. 
 
Perubahan ini jika tidak disikapi dengan bijak akan membawa pengaruh yang buruk bagi kelangsungan bisnis. Tak heran, banyak bisnis yang harus merubah semua strategi pemasaran mereka secara cepat dan efisien untuk segera diterapkan agar keberadaannya tidak termakan pandemi. 
 
Inventure knowladge, sebuah platform pengetahuan yang membahas strategi bisnis mengelurkan ebook dengan judul "Consumer Behavior New Normal After Covid-19". Setidaknya ada 4 perubahan perilaku konsumen yang terjadi saat new normal pada masa pandemi Covid-19, serta strategi seperti apa yang perlu dilakukan.
 
 
 

1. Stay at home menjadi lifestyle

undefined
Sebelum pandemi, traveling menjadi lifestyle yang paling diidamkan. Mengeksplor berbagai objek wista dan mengabadikannya di akun Instagram menjadi tren yang sangat populer di 2019 lalu.
 
Namun setelah pandemi menyerang dunia termasuk juga Indonesia, traveling seketika berubah menjadi bahaya dan menyebabkan banyak bandara tutup bahkan beberapa negara menerapkan lockdown.
 
Masyarakat mulai beralih dengan menjadikan stay at home menjadi lifestyle baru. Lifestyle ini masih terus berlanjut meski aturan new normal sudah diberlakukan dan diprediksi hingga akhir 2020. 
 
Hasilnya, online shopping menjadi cara yang dipilih oleh masyarakat untuk bisa memenuhi berbagai kebutuhan. Delivery food menjadi solusi saat rindu dengan menu dari resto favorit dan permintaan akan frozen food semakin tinggi.
 
Lewat perubahan yang terjadi strategi yang bisa dilakukan oleh brand dengan menghadirkan berbagai pengalaman menarik saat berada di rumah. Beberapa coffee shop seperti 8th Brew Coffee dan Stuja sudah menerapkannya agar bisnis mereka bisa bertahan dengan mengeluarkan varian kopi satu liter.
 
Tak mau kalah, Eng's Resto sebagai salah satu merchant HIGOspot juga menghadirkan menu ayam bakar frozen dan empal gepuk forzen yang bisa diolah dengan mudah saat di rumah.

2. Masyarakat kembali pada kebutuhan dasar

undefined
Hierarki kebutuhan yang dituangkan oleh Abraham Maslow mulai kembali jadi perhatian masyarakat di saat pandemi Covid-19, akibat daya beli masyarakat yang menurun.
 
Kabutuhan fisiologi yang dimulai dari pemenuhan makan, kesehatan, hingga keamanan jiwa yang dahulunya dianggap sebagai kebutuhan yang biasa dan wajar, kali ini nilainya bergeser menjadi begitu penting. 
 
Barang-barang yang digunakan sebagai pencegahan Covid-19 menjadi kebutuhan primer yang wajib dipenuhi. Masker kain contohnya yang sekarang sudah menjadi tren fashion baru, diikuti dengan meningkatnya permintaan hand sanitizer yang terus melambung. Di kutip dari iPrice, selama masa pandemi Covid-19 permintaan akan hand sanitizer mengalami peningkatkan sebesar 5585% hingga April 2020.
 
Strategi yang bisa dilakukan oleh brand terhadap perubahan perilaku ini adalah dengan membuat bundle package yang berisi masker dan hand sanitizer. Lewat cara ini brand akan lebih mudah untuk menarik konsumen untuk berbelanja.
 

3. Masyarakat ramai-ramai go virtual

undefined
Virtual experience jadi pengalaman baru yang mulai dinikmati oleh masyarakat dalam memperoleh hiburan. Tren ini mulai berkembang setelah wabah Covid-19 menghantam industri hiburan dan menyebabkan banyak konser musik terpaksa dibatalkan. 
 
Melihat kondisi ini, pelaku entertainment mulai bergerak dengan memindahkan semua acara menjadi virtual. Global Citizents berhasil menggelar konser musik selama 8 jam non-stop  bertajuk "One World: "Together at Home". 
 
Di Indonesia sendiri, Narasi juga berhasil menggelar konser musik bertajuk #dirumahaja bersama musisi papan untuk mengampanyekan physical distancing. 
 
Tak hanya konser musik yang go virtual, aktivitas olahraga seperti zumba hingga yoga juga ikut go virtual, meski aturan new normal sudah diberlakukan. Selain lebih nyaman dari rumah, masyarakat juga merasa lebih aman dari ancaman Covid-19. 
 
Tak hanya dalam proses memperoleh hiburan, baik sekolah hingga bekerja semuanya go virtual. Hingga sekarang belum ada informasi pasti kapan pelajar akan kembali masuk ke sekolah seperti biasanya dan masih banyak kantor yang menerapkan work from home. 
 

4. Kondisi masyarakat yang empati dengan solidaritas tinggi

undefined
Pandemi Covid-19 yang menyerang dunia menjadi bencana paling besar yang terjadi di 2020. Korban jiwa yang semakin banyak, mengetuk hati setiap orang dan merubahnya menjadi pribadi yang lebih empati, penuh kasih, serta memunculkan solidaritas yang tinggi. 
 
Berbagai aksi solidaritas terus menular di setiap jaringan masyarakat. Terbukti dengan ramainya situs galang dana seperti kitabisa.com yang muncul dengan berbagai macam campaign kemanusiaan, untuk membantu mereka yang terkena dampak Covid-19.
 
Kondisi masyarakat yang penuh dengan rasa empati, memberikan peluang bagi brand untuk meningkatkan brand awareness dengan membuat campaign untuk mereka yang terkena dampak Covid-19. 
Perubahan perilaku konsumen saat new normal menjadi tantang sendiri bagi brand, agar mampu mencipktan strategi bisnis yang berhubungan dengan keempat tren baru yang bermunculan seperti di atas. 
 
Pemilihan channel dalam menjalankan strategi yang dilakukan juga tak kalah penting. Meski media sosial menjadi langganannya untuk melakukan iklan, namun itu saja tidak cukup. 
 
Kamu perlu meluaskan jangkauan target audiens dengan menyasar mereka yang sering menggunakan fasilitas WiFi di apartemen atau rumah sakit.
 
Ketimbang media sosial, WiFi Ads memiliki keunggulan mampu memastikan iklan yang ditampilkan dilihat oleh manusia bukan bot. Tak sampai di situ, brand mampu memilih target audiens yang sesuai dengan kritera potencial buyer mereka.
 

Topik Terkait

loading