Perbedaan Marketing Above, Below, dan Through The Line
Agar tahu perbedaannya!
Pernah begitu ingat dengan jinggle sebuah produk karena sering muncul di televisi? Atau quote singkat yang tiba-tiba melekat diingatan karena selalu ada di setiap sudut jalan? Nah, semua itu tentunya dipengaruhi oleh iklan yang dibuat sedemikian rupa untuk menarik perhatian kamu, sebagai target audiens. Semakin pesatnya teknologi ada banyak teknik iklan yang bisa dilakukan oleh para marketer untuk bisa menarik perhatian audiens mereka.
Namun sebelum membahas secara terperinci tentang teknik marketing, ada baiknya kamu perlu memahami apa sebenarnya kegiatan marketing tersebut dan bagaimana tren yang berkembang. Mengutip dari Hubspot, marketing adalah tindakan yang dilakukan perusahaan untuk menarik perhatian audiens ke produk atau layanan perusahaan memalui pesan yang berkualitas. Selain itu pemasaran bertujuan untuk memberikan nilai tersendiri bagi prospek dan konsumen konten ddengan tujuan jangka panjang untuk menunjukkan nilai produk, memperkuat loyalitas produk, sehingga dapat meningkatkan penjualan.
Setelah mengetahui definisi singkat tentang marketing, ada berbagai teknik marketing yang sering digunakan oleh brand untuk menjangkau audiens secara lebih luas. Mulai dari marketing above, marketing below, dan marketing through the line. Agar tahu apa perbedaan serta keunggulan dari masing-masing jenis marketing tersebut berikut penjelasannya untuk kamu.
1. Marketing Above the Line (ATL)
Meski kepopuleran media sosial tak bisa dipungkiri, tapi kenyataanya peran media elektronik dan cetak tetap memiliki pengaruh yang besar untuk meningkatkan kesadaran merek dengan cakupan yang lebih luas. Di dalam dunia marketing jenis pemasaran tersebut dinamakan marketing above the line (ATL).
Marketing above the line (ATL) adalah strategi pemasaran yang begitu mengedepankan penggunaan media massa dan dapat menjangkau audiens secara yang luas. Pemasaran jenis ini melibatkan penggunaan media konvensional seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, serta media cetak, outdoor advertising lainnya agar bisa menyampaikan pesan secara massal kekhalayak ramai.
Keunggulan dari jenis marketing ATL adalah cakupan yang begitu luas. Dengan menggunakan media yang dapat menjangkau banyak orang, perusahaan dapat mencapai target pasar yang lebih besar. Tak berhenti sampai di situ, marketing ATL dapat membantu menciptakan citra merek yang kuat.
Jenis pemasaran ini cocok digunakan untuk mengenalkan produk baru agar mendapat awareness yang cukup besar. Tak heran banyak brand besar yang memilih menggunakan jenis pemasaran ini agar mendapat perhatian yang jauh lebih besar. seperti yang dilakukan oleh Coca-cola dengan campaign share a coke.
Coca-cola dengan Share a Coke
Sebagai perusahaan minuman yang sudah populer, Coca-Cola tak pernah berhenti membuat campaign yang menarik, tapi juga kreatif. Salah satunya Kampanye “Share a Coke” Coca-Cola yang berhasil menarik perhatian audiens secara luas. Kampanye ini melibatkan personalisasi botol Coke dan kaleng dengan nama populer, memungkinkan pelanggan untuk membeli botol dengan nama mereka atau nama orang yang mereka cintai.
2. Marketing Below The Line (BTL)
Jika ATL fokus untuk bisa menjangkau audiens seluas-luasnya, marketing below the line (BTL) adalah pemasaran yang ditargetkan untuk audiens tertentu. Dimana pendekatannya lebih melibatkan pada kegiatan pemasaran yang berfokus pada target audiens yang lebih kecil, serta menggunakan saluran komunikasi langsung.
Biasanya pemasaran jenis ini diperuntukkan bagi para loyal customer, calon target audiens yang memiliki kriteria yang sesuai dengan brand butuhkan, atau calon konsumen yang memang memiliki ketertarikan dengan produk tersebut. Hal ini karena tujuan dari BTL adalah mendapatkan target audiens potensial dan membuat konsumen lama kembali tertarik untuk membeli atau menggunakan produk dari brand tersebut.
Biasanya penggunaan media untuk pemasaran BTL lebih personal seperti email marketing, online marketing, ataupun talkshow hingga seminar dengan audiens yang sudah tentunya tersegmentasi denan tepat. Tak heran karena cakupannya yang tidak begitu luas, pemasaran BTL memiliki biaya yang lebih murah daripada ATL.
A. Duolingo
Sebagai aplikasi bahasa yang populer di Indonesia, Duolingo selalu menarik perhatian melalui email marketing yang mereka kirimkan. Entah berupa penawaran menarik, adanya fitur baru, hingga sebagai pengingat untuk selalu belajar bahasa di Duolingo. Strategi marketing yang dilakukan secara langsung hanya diperuntukkan bagi para pengguna aplikasi Duolingo ini.
3. Marketing Through the Line (TTL)
Marketing Through The Line adalah pemasaran yang menggabungkan strategi antara kedua jenis marketing ATL dan BTL untuk bisa menciptakan pendekatan yang saling terintegrasi dan menyasar lebih banyak segmen yang diinginkan. Tujuan utama dari marketing ini untuk menciptakan kesinergian antara berbagai saluran komunikasi yang nantinya akan digunakan.
Semakin berkembangnya teknologi, perusahaan terus memanfaatkan kekuatan pemasaran digital seperti iklan online, konten pemasaran, hingga email marketing untuk terus memperkuat pendekatan TTL untuk mencapai konsumen dengan cara yang lebih efisien, efektif, serta relevan. Sehingga nantinya perusahaan dapat melacak respons konsumen dari berbagai media dan saluran yang digunakan. Sehingga nantinya dapat dilakukan penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dalam melakukan kampanye pemasaran.
Brand besar biasanya akan melakukan pemasaran TTL ini dengan memilih 360 marketing. Dimana pemasaran yang dilakukan tidak hanya dari segi sosial media atau email marketing, tapi juga pemasaran secara elektronik, hingga penggunaan billboard yang sering ada di jalan atau area publik lainnya.
Setelah mengetahui penjelasan dari ATL, BTL, dan TTL, kamu bisa memilih mana strategi marketing yang paling tepat untuk diterapkan di brand yang kamu miliki. Jika kamu membutuhkan bantuan untuk membuat serta menjalankan strategi marketing brand milikmu, jangan sungkan untuk menghubungi kami di info@higo.id.